Rabu, 15 Agustus 2012

Cara membuat preparat KOH pada kandidiasis oral

Cara pemeriksaan dan interpretasi pemeriksaan jamur kandida albikan.
Radioterapi merupakan salah satu faktor predisposisi yang menyebabkan candidiasis oral, karena radioterapi menyebabkan imunitas pasien menurun. Candida albicans merupakan salah satu jamur yang paling sering menyebabkan candidiasis oral.

Cara melakukan pemeriksaan jamur adalah :
a.Prosedur Pengambilan & Pengiriman Spesimen :
Cara pengambilan spesimen pada penderita candidiasis oral adalah dengan melakukan usapan (swab) atau kerokan (scrapping) pada daerah luka atau daerah ulkus.5 Prosedur kerja: 
1) Kapas lidi yang digunakan untuk melakukan swab harus steril dan dilakukan dengan teknik yang aseptik, agar spesimen tidak terkontaminasi dengan flora normal di sekitar rongga mulut. 
2) Kapas lidi yang telah mengandung spesimen kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi 
3) Segera kirim spesimen tersebut ke laboratorium mikrobiologi klinik dalam 1 jam. Bila spesimen tidak dapat sampai di laboratorium mikrobiologi klinik dalam 1 jam maka spesimen harus dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi medium transport seperti amies, carry-blair dan stuart, dan disimpan dalam suhu ruang.
Jangan lupa spesimen tersebut harus di beri label yang berisi identitas pasien, lokasi pengambilan dan tanggal pengambilan spesimen. Surat permintaan pemeriksaan juga harus disertakan. Pada surat permintaan pemeriksaan, jangan lupa untuk mencantumkan identitas pasien, identitas spesimen, permintaan pemeriksaan dan diagnosis klinis yang mungkin ditegakkan.
b.Interpretasi :
Spesimen yang sampai di laboratorium mikrobiologik klinik, kemudian dibuat sediaan basah dan dilakukan kultur jamur menggunakan media Sabouraud’s dextrose agar (SDA) yang diinkubasi pada suhu 35°C selama 4 minggu.
1.Pemeriksaan langsung : 
Membuat preparat basah menggunakan larutan potassium hydroksida (KOH) 10%.5 Gambaran Candida sp. berupa pseudohypha serta sel yeast.
Pewarnaan Gram  terlihat gambaran Candida sp.  Gram (+), budding sel (+)

Rabu, 29 Februari 2012

proses pembuatan dupa

http://www.denpasarkota.go.id/main.php?act=sar&xid=3022

lirik lagu endah n rhesa (wish you here)

I always be here waiting for you to coming back home…..
I keep our flowers grow, since we planted the seed many years ago

And I stare at the moon and hope we’ll meet there, hope we’ll meet there....cause I miss you
I wish you were here

I know it’s hard for you to stay and so I let you go
But you promised me ….to never let me down …..and said that you love me so

And I stare at the moon and hope we’ll meet there, hope we’ll meet there
‘cause I miss you?I wish you were here

Make your dreams fulfilled, and don’t forget to take me with you someday




ASPEK FARMAKOLOGI OBAT-OBAT URETRITIS
YANG DISEBABKAN OLEH CHLAMYDIA TRACHOMATIS
Oleh : Avelina Irene Djedoma
NIM: 0802005149

ABSTRAK
Salah satu mikroorganisme yang menyebabkan penyakit menular seksual adalah Chlamydia trachomatis . Chlamydia trachomatis merupakan mikroorganisme bakteri  yang paling banyak menyebabkan penyakit menular seksual di negara berkembang yang pada pria dapat menyebabkan uretritis dan pada wanita dapat menyebabkan servisitis. Uretritis kadang bersifat asimtomatis tetapi bila ada gejala uretritis dapat berupa pengeluaran material mukopurulen atau purulen dari uretra pria, disuria, atau pruritis uretra.
Pengobatan pada pasien uretritis merupakan hal penting di samping usaha pencegahannya. Pengobatan uretritis harus dilakukan sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan untuk mencegah komplikasi seperti epididimitis. Pengobatan infeksi C.trachomatis bergantung pada tempat infeksi, usia, dan apakah infeksi tersebut memiliki komplikasi atau tidak. Pengobatan pun berbeda saat kehamilan. Protein synthesis blocker seperti doxycycline atau azithromycin lebih dipilih sebagai modalitas utama terapi farmakologi uretritis. Selain itu, pengobatan uretritis pun harus mempertimbangkan pasien dengan kondisi khusus yaitu ibu hamil dan pasien dengan gangguan ginjal. Pada ibu hamil dapat diberikan amoxicillin karena efek samping yang minimal dan pada pasien dengan gagal ginjal, doxycycline dapat dipakai sebagai obat pilihan karena tidak diekskresi melalui urin.
PENDAHULUAN
Penyakit menular seksual tidak hanya dijelaskan sebagai kondisi yang terjadi karena alasan medis semata Namun perlu dipikirkan dalam transformasi ruang dan waktu. Transformasi ruang dan waktu secara sederhana dibahasakan sebagai globalisasi. Situasi ini memungkinkan interaksi yang semakin masif antarmanusia. Berbagai jenis interaksi pun menarik untuk dikaji, salah satunya adalah interaksi seksual yang terjadi. Hal inilah yang perlu mendapat perhatian travel medicine. Salah satunya adalah uretritis yaitu inflamasi uretra akibat berganti-ganti pasangan.
Di Asia Tenggara, prevalensi pria yang menderita infeksi Chlamydia adalah sekitar 20,20 juta jiwa sedangkan pada wanita adalah sekitar 20,28 juta jiwa.1 Sedangkan di Amerika, Infeksi Chlamydia merupakan penyakit infeksi tersering dengan insiden sebesar 1,1 juta jiwa pada tahun 2007, dengan prevalensi terakhir adalah kelompok wanita seksual aktif antara usia 15-24 tahun.2 Salah satu akibat infeksi C. trachomatis adalah uretritis. Uretritis adalah inflamasi uretra yang ditandai oleh pengeluaran cairan mukopurulen atau purulen dengan atau tanpa disuria akibat C.trachomatis.  Uretritis lebih sering menyerang pria sedangkan pada wanita, C.trachomatis lebih sering menyebabkan servisitis. Penyakit ini disebabkan oleh Chlamydia trachomatis yang merupakan bakteri gram negatif yang mampu hidup dalam kondisi aerob di dalam sel inang. Prevalensinya uretritis meningkat terutama pada negara berkembang.
Pengobatan infeksi C.trachomatis bergantung pada tempat infeksi, usia, dan apakah infeksi tersebut memiliki komplikasi atau tidak. Pengobatan pun berbeda saat kehamilan. Protein synthesis blocker seperti doxycycline atau azithromycin lebih dipilih sebagai modalitas utama terapi farmakologi uretritis. Selain itu, pengobatan uretritis pun harus mempertimbangkan pasien dengan kondisi khusus yaitu ibu hamil dan pasien dengan gangguan ginjal.3
CHLAMYDIA TRACHOMATIS
Aspek Biologi Chlamydia Trachomatis
Chlamydia merupakan bakteri gram negatif dan bersifat obligat intraselular, hanya dapat berkembang biak  di dalam sel eukariot hidup dengan membentuk semacam koloni atau mikrokoloni yang  disebut Badan Inklusi (BI).  Chlamydia membelah secara  binary fision  dalam badan  intrasitoplasma.
Kolonisasi Chlamydia bermula dengan perlekatannya pada reseptor asam sialik pada genitalia. Kolonisasi ini bertahan dalam tubuh dan sangat susah bagi fagosit, sel T, dan sel B untuk masuk dan menghancurkannya. Chlamydia terdiri dari 15 serotipe berbeda, salah satunya adalah serotipe D dan K yang menyerang traktus genitalia (uretra) dan menyebabkan penyakit yang disebut sebagai uretritis nonspesifik atau uretritis nongonokokus.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa karena dinding selnya, Chlamydia mampu menghambat fusi fagolisosom di dalam fagosit. Dinding sel Chlamydia yang merupakan bakteri gram negatif mengandung membran lipopolisakarida tetapi sangat minim akan peptidoglikan pada dinding selnya. Kurangnya peptidoglikan inilah yang menyebabkan susahnya pengenalan asam muramik C.trachomatis oleh antibodi. C.trachomatis lebih memiliki gula karboksil daripada asam muramik. Jadi, diperkirakan struktur C.trachomatis terdiri dari lapisan luar utama berupa protein membran yang saling berikatan silang dengan ikatan disulfida. C.trachomatis juga memiliki protein kaya cystein (CRP) yang secara fungsional ekuivalen dengan peptidoglikan. Struktur yang unik inilah yang memungkinkan  pembelahan interseluler dan kemampuan hidup ekstraseluler.
cellwall picture
Gambar 1. Model dinding sel Chlamydia4
Klasifikasi
Chlamydia trachomatis berasal dari ordo Chlamydiales, famili Chlamydiaceae, genus Chlamydia, dan spesiesnya adalah Chlamydia trachomatis itu sendiri.     
Siklus Hidup Chlamydia Trachomatis
Siklus hidup C.trachomatis terdiri dari dua tahap perkembangan, yaitu badan elementer (BE) dan badan retikular (BR). BE ini merupakan bentuk yang tersebar dan analog dengan spora. BE berdiameter kira-kira 0,3 μm dan menginduksi endositosisnya sendiri hingga terekspos pada sel target. Bentuk ini mencegah fusi fagolisosomal dan memperkuat kemampuan bertahan hidup secara intraseluler. Saat berada di dalam endosom, glikogen yang diproduksi mengakibatkan BE berkembang menjadi bentuk vegetatif yaitu badan retikular (BR). Bentuk ini membelah oleh pembelahan biner dalam waktu 2-3 jam untuk tiap pembelahan. Masa inkubasi di dalam sel inang adalah sekitar 7-21 hari. BR tidak memiliki dinding sel dan bila dicat dengan iodine akan terdeteksi sebagai inklusi di dalam sel. Setelah pembelahan, BE akan bertransformasi kembali menjadi bentuk elementer (BE) dan dilepaskan oleh sel melalui eksositosis. Satu fagolisosom dapat memproduksi 100-1000 BE. 5
Lifecycle picture
Gambar 2. Siklus hidup infeksius Chlamydia4

CHLAMYDIA TRACHOMATIS SEBAGAI PENYEBAB URETRITIS
C. trachomatis dapat menyebabkan uretritis pada pria sedangkan pada wanita dapat menyebabkan servitis. Uretritis dikarakteristikan oleh inflamasi uretra yang dapat disebabkan oleh kondisi infeksi atau noninfeksi. Gejala uretritis akibat C.trachomatis disebut juga sebagai uretritis nonspesifik atau uretritis nongonokokus. Uretritis kadang bersifat asimtomatis tetapi bila ada gejala uretritis dapat berupa pengeluaran material mukopurulen atau purulen dari uretra pria, disuria, atau pruritis uretra. Infeksi urogenital akibat C.trachomatis pada wanita dapat didiagnosis melalui pemeriksaan urin atau dengan mengumpulkan spesimen hapusan dari vagina atau endoserviks. Diagnosis C. trachomatis pada infeksi uretra pria dapat dilakukan dengan pemeriksaan hapusan uretra atau spesimen urin. Infeksi C. trachomatis pada rektal akibat hubungan seksual secara anal dapat didiagnosis dengan pemeriksaan spesimen hapusan rektal. NAATs, kultur sel, direct immunoflouresence, EIA, dan hibridasi asam nukleat tersedia untuk deteksi C. trachomatis pada spesimen endoservikal dan spesimen hapusan uretra pada pria.
Bila alat diagnostik berbasis klinis (misalnya pemeriksaan mikroskopis dengan pengecatan gram) tidak tersedia, pasien harus diterapi dengan regimen obat yang efektif untuk melawan baik gonorrhea maupu Chlamydia.
Uretritis dapat disimpulkan dengan dasar dari beberapa tanda atau pemeriksaan laboratorium berupa pengeluaran material mukopurulen atau purulen pada pemeriksaan, disuria dan nyeri terbakar saat miksi, pada pengecatan gram sekresi uretra ditemukan ≥5 WBC per oil immersion field dan tes leukosit esterase positif pada urin pertama atau pemeriksaan mikroskopi sedimen urin pertama berupa ≥10 WBC per high-power field. Pengecatan gram dipilih sebagai tes diagnosis cepat untuk mengevaluasi uretritis dan sangat sensitif dan spesifik untuk mendokumentasikan baik uretritis maupun ada tidaknya infeksi gonokokus. Infeksi gonokokus ditegakkan dengan adanya WBC yang mengandung Gram-negative Intracellular Diplococci (GNID).
Bila diagnosis yang diperoleh dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium secara mikroskopis telah ditegakkan, pasien uretritis harus diterapi sesegera mungkin.6
OBAT-OBAT CHLAMYDIA TRACHOMATIS
Pengobatan infeksi C.trachomatis bergantung pada tempat infeksi, usia, dan apakah infeksi tersebut memiliki komplikasi atau tidak. Pengobatan pun berbeda saat kehamilan.
Pengobatan uretritis harus dilakukan sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan. Azithromycin dan Doxycycline sangat sensitif untuk uretritis yang disebabkan oleh Chlamydia. Dinding sel Chlamydia yang berbeda dari dinding sel bakteri lainnya yaitu kurangnya asam muramik yang menyebabkan penicillin tidak efektif untuk mengobati uretritis.3 Protein synthesis blocker seperti doxycycline atau azithromycin lebih dipilih sebagai modalitas terapi farmakologi uretritis.
Doxycycline
Aktivitas Antimikroba
Doxycycline merupakan antibiotik bakteriostatik spektrum luas yang menghambat sintesis protein. Doxycycline menghambat pengikatan kompleks  tRNA-AA. Doxycycline bekerja dalam spektrum luas terhadap patogen. Golongan long-acting tetracycline ini aktif melawan bakteri gram positif maupun gram negatif, Chlamydia, Mycoplasma, dan beberapa protozoa. Dalam hal ini lebih ditekankan pada efek doxycycline pada Chlamydia. Doxycycline merupakan golongan tetracycline yang lebih susah untuk mengalami pompa efluks yang memediasi resisten dibandingkan tetracycline.
Doxycycline masuk ke dalam organisme sebagian melalui difusi pasif dan sebagiannya lagi melalui proses yang bergantung energi berupa transport aktif. Sel yang rentan akan mengkonsentrasikan obat secara intraseluler. Saat berada di dalam sel, tetracycline akan terikat secara reversibel pada subunit 30S ribosom bakteri, menghambat pengikatan aminoacyl-tRNA pada sisi aseptor pada kompleks mRNA-ribosom. Hal ini dapat mencegah penambahan asam amino pada peptida yang sedang dibentuk. 7
Gambar 3. Gambaran cara kerja golongan tetracycline8


Resistensi
Mekanisme resistensi doxycycline dapat berupa terganggunya influks atau peningkatan efluks melalui transpor aktif pompa protein, proteksi ribosom akibat adanya produksi protein yang mengganggu pengikatan doxycycline pada ribosom, dan inaktivasi enzim. Mekanisme yang paling penting adalah pompa efluks dan proteksi ribosom.
Farmakokinetik
Absorpsi doxycycline setelah pemberian administrasi secara oral adalah sekitar 95-100%. Doxycycline secara oral tetap akan berada di dalam lumen usus, memodifikasi flora usus, dan diekskresikan terutama lewat feses.9 Absorpsi terutama terjadi pada usus halus bagian atas dan berbeda dengan golongan tetracycline lainnya, doxycycline tidak dipengaruhi oleh makanan, akan tetapi makanan dapat meningkatkan absorpsi doxycycline. Karena golongan tetracycline dapat membentuk chelate yang tidak larut dengan kalsium ( dapat ditemukan di dalam antasida), magnesium, dan ion logam lainnya, pemberian secara simultan dengan susu (kalsium), magnesium hidroksida, aluminium hidroksida, atau besi dapat mengganggu absorpsi obat. Doxycycline merupakan salah satu golongan tetracycline yang sangat larut lemak sehingga lebih mudah terdistribusi di dalam jaringan tubuh.
Carbamazepine, phenytoin, barbiturate, dan konsumsi alkohol yang kronis dapat memperpendek waktu paruh doxycycline sebesar 50%  melalui induksi enzim hati yang memetabolisme obat tersebut.6
Doxycycline dimetabolisme di hati dan terkonsentrasi di dalam empedu. Konsentrasi empedu dapat menjadi lima kali lipat daripada di dalam plasma.10 Doxycycline dieliminasi melalui mekanisme nonrenal (feses), tidak terakumulasi secara signifikan, dan tidak membutuhkan penyesuaian dosis untuk pasien gagal ginjal. Oleh karena doxycycline yang tidak bersifat nefrotoksik, obat ini merupakan obat pilihan untuk pasien dengan penyakit ginjal dan pasien yang berpotensi gagal ginjal.
Doxycycline memiliki waktu paruh dalam serum selama 16-18 jam. Absorpsi yang hampir lengkap dan ekskresi yang lambat memungkinkan doxycycline diberikan dalam dosis sekali sehari.


Gambar 4. Penggunaan terapeutik golongan tetracycline8
Dosis Oral
Berdasarkan rekomendasi CDC tahun 2010, dosis doxycyclne yang digunakan untuk pengobatan uretritis tanpa komplikasi adalah 100 mg per oral, dua kali sehari selama 7 hari. 3
Efektivitas Doxycycline terhadap Chlamydia Trachomatis
Kemampuan bakteriostatik doxycycline terhadap infeksi Chlamydia (bacterial cure) dapat mencapai 100% sehingga dipilih sebagai pengobatan utama uretritis akibat C. trachomatis. Selain itu, doxycycline tidak bersifat nefrotoksik sehingga tidak membutuhkan penyesuain dosis untuk pasien dengan kelainan ginjal. Namun clinical cure penggunaan doxycycline hanya sekitar 89%. Hal ini disebabkan karena dosis 2 kali sehari selama 7 hari yang menurunkan kepatuhan pasien dalam masa terapi.11
Efek Samping
Mual, muntah, dan diare merupakan alasan diskontinuitas pengobatan golongan tetracycline. Hal ini terjadi karena iritasi lokal pada saluran cerna. Hal ini dapat dikontrol dengan pemberian obat dengan makanan atau carboxymethylcellulosa, menurunkan dosis, atau diskontinuitas obat. Selain itu, obat ini memodifikasi flora normal, dengan supresi organisme coliform dan perkembangan berlebih organisme lain seperti proteus, staphylococci, pseudomonas, candida, clostridia, coliform resisten sehingga  terjadi gangguan fungsi usus, pruritus anal, kandidiasis, atau enterokolitis dengan syok dan kematian.9
Obat golongan tetracycline ini juga dapat mengganggu fungsi hati terutama saat masa kehamilan juga pada pasien dengan insufisiensi hepar.
Rasa berputar, vertigo, mual, muntah terkadang dapat terjadi dengan dosis doxycycline di atas 100 mg.10
Azithromycin
Aktivitas Antimikroba
Azithromycin, komponen dengan 15 atom cincin macrolide lactone, merupakan derivat erythromycin (derivat semisintetis) dengan penambahan  nitrogen termetilasi pada cincin lactone. Spektrum aktivitas dan penggunaan klinisnya identik dengan chlarithromycin. Azithromycin sangat aktif melawan Chlamydia.
Azithromycin terikat pada ribosom subunit 50S tetapi tidak pada ribosom mamalia 80S, hal inilah yang menyebabkan aktivitasnya yang bersifat toksik selektif. Pengikatan pada ribosom terjadi pada sisi dekat dengan peptidyltransferase, yang menyebabkan penghambatan translokasi, formasi ikatan peptida, dan pelepasan oligopeptidyl tRNA. Efeknya dapat berupa bakteriostatik atau bakterisidal tergantung pada organisme dan konsentrasi obat. Karena waktu paruhnya yang panjang menyebabkan obat tersebut dapat diberikan dalam dosis sekali sehari dan durasi pemberian yang lebih pendek yang membedakannya dari golongan macrolide yang lain.10
Gambar 5. Gambaran cara kerja erythromycin8
Resistensi
Resistensi terhadap erythromycin bersifat plasmid-encoded. Mekanismenya dapat berupa penurunan permeabilitas membran sel atau terjadi efluks aktif, produksi esterase yang mampu menghidrolisis macrolide dan modifikasi tempat pengikatan ribosom. Efluks dan produksi methylase  merupakan mekanisme resistensi yang paling utama.
Farmakokinetik
Berbeda dengan erythromycin yang  mudah dirusak oleh asam lambung, azithromycin memiliki kestabilan yang lebih besar terhadap asam dan bioavaibilitas  yang lebih baik. Bioavaibilitas azithromycin adalah 37% setelah pemberian per oral. Obat ini terdistribusi secara luas di dalam tubuh (kecuali cairan serebrospinal) dengan konsentrasi jaringan 10-100 kali lebih besar daripada konsentrasi plasma. Karena obat ini terkonsentrasi di dalam makrofag dan sel fagosit, obat ini sangat aktif melawan C.trachomatis.7
Azithromycin secara cepat diabsorpsi dan ditoleransi dengan baik secara oral. Obat ini diberikan setelah 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. Aluminium dan magnesium antasida tidak mengubah bioavaibilitas obat tetapi memperlambat absorpsi dan menurunkan konsentrasi serum puncak.
Obat ini secara lambat dilepas dari jaringan (waktu paruh jaringan 2-4 hari) untuk memproduksi waktu paruh eliminasi kira-kira 3 hari. Properti yang unik inilah yang menyebabkan obat ini dapat diberikan dengan dosis sekali sehari.
Karena memiliki 15 cincin lactone, azithromycin tidak menginaktivasi enzim sitokrom P450 sehingga bebas dari interaksi obat . Sebagian besar dosis obat yang diberikan diekskresikan lewat empedu dan tereliminasi lewat feses, dan hanya 5% yang diekskresikan lewat urin.
Dosis Oral
Berdasarkan rekomendasi CDC, dosis oral azithromycin yang diberikan pada pasien uretritis tanpa komplikasi adalah 1 gram azithromycin per oral dalam dosis tunggal.3
Efektivitas Azithromycin Terhadap Chlamydia Trachomatis
Kemampuan baktersidal Azythromycin terhadap infek C. trachomatis (microbial cure) adalah sekitar 95%. Sedangkan angka kepatuhan penggunaan azithromycin adalah sekitar 95%. Hal ini disebabkan karena selain obat ini menjadi obat terapi yang efektif untuk uretritis, dosis tunggal menyebabkan angka kepatuhan pasien yang tinggi selama menjalani terapi. Oleh karena alasan tersebut, azithromycin lebih dipilih sering dipilih sebagai obat terapi uretritis daripada doxycycline karena alasan kepatuhan tersebut di samping bersifat cost effective.11
Efek Samping
Anoreksia, mual, muntah, dan diare terkadang dapat terjadi setelah pemberian oral. Intoleransi gastrointestinal, yang disebabkan oleh stimulasi langsung pada motilitas usus, merupakan alasan tersering diskontinuitas obat dan disubtitusi dengan antibiotik yang lain.
Golongan erythromycin juga dapat menyebabkan hepatitis kolestatik akut (demam, jaundice, gangguan fungsi hati) yang terjadi sebagai reaksi hipersensitivitas. Sebagian pasien dapat sembuh dari penyakit ini, tetapi hepatitis akan terjadi lagi bila obat diberikan lagi. Alergi lainnya berupa demam, eosinofilia, dan kemerahan pada kulit.12
Follow- up pasien dengan uretritis diperlukan hanya jika gejala tetap ada (persisten) atau kambuh setelah penggunaan antibiotik telah komplit. Bila gejala menandakan uretritis rekuren atau persisten, rekomendasi CDC adalah pengobatan dengan 2 gram metronidazole per oral dalam dosis tunggal ditambah 500 mg erythromycin base per oral 4 kali per hari selama 7 hari, atau 800 mg erythromycin ethylsuccinate per oral 4 kali per hari selama 7 hari. Rekomendasi ini diberikan untuk mengobati uretritis dengan penyebab bakteri yang lain.3
Pasien harus dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama 7 hari setelah inisiasi pengobatan. Selain itu, dokter harus mendapatkan informasi tereksposnya pasien 60 hari sebelum  gejala dan mempertimbangkan skrining penyakit menular seksual lainnya misalnya HIV.
CDC tidak merekomendasikan untuk dilakukannya tes ulang Chlamydia setelah menyelesaikan konsumsi antibiotik kecuali pasien memiliki gejala persisten atau sedang hamil.
Wanita dengan infeksi Chlamydia harus dilakukan skrining ulang infeksi 3-4 bulan setelah menyelesaikan terapi antibiotik dan semua wanita yang berusia 25 tahun atau lebih muda atau beresiko tinggi terinfeksi penyakit menular seksual harus dilakukan skrining terhadap infeksi Chlamydia tiap tahun.3
Pilihan Alternatif Terapi Chlamydia Trachomatis                      
Erythromycin
Aspek farmakodinamik, farmakokinetik, dan efek samping  eythromycin hampir sama dengan azythromycin, yang membedakannya adalah bahwa  basa eythromycin mudah dihancurkan oleh asam lambung dan harus dikonsumsi dengan enteric coating.  Makanan dapat mengganggu absorpsi obat. Stearat dan ester merupakan komponen yang resisten terhadap asam, oleh karena itu, erythromycin estolate merupakan pilihaan obat dengan absorpsi terbaik.
Pada pasien dengan gagal ginjal tidak diperlukan penyesuaian dosis. Sebagian besar erythromycin diekskresi melalui empedu dan hilang lewat feses, hanya sekitar 5% yang diekskresi melalui urin. Obat yang diabsorpsi didistribusi secara luas kecuali pada otak dan cairan cerebrospinal. Obat ini dapat menembus plasenta dan mencapai janin.9
Dosis erythromycin yang direkomendasikan oleh CDC adalah erythromycin base 500 mg per oral 4 kali per hari selama 7 hari atau erythromycin ethylsuccinate 800 mg per oral 4 kali per hari selama 7 hari.3
Erythromycin kurang efektif dibandingkan azythromycin atau doxycycline untuk mengobati C. trachomatis, terutama karena meningkatnya frekuensi efek samping gastrointestinal yang menurunkan kepatuhan penggunaan obat.
Golongan fluoroquinolone (ofloxacin dan  levofloxacin)
Golongan fluoroquinolone memiliki aktivitas yang baik melawan bakteri gram negatif yang bersifat aerob. Ofloxacin dan levofloxacin  merupakan agen yang memiliki aktivitas yang sangat baik melawan aktivitas bakteri gram negatif dan aktivitas sedang hingga baik untuk bakteri gram positif.
Setelah pemberian oral, fluoroquinolone diabsorpsi dengan baik (bioavaibilitas 80-95%) dan terdistribusi secara luas di dalam cairan tubuh dan jaringan. Waktu paruh dalam serum adalah sekitar 3-10 jam sehingga memungkinkan pemberian dengan dosis seklai sehari. Absorpsi oral akan terganggu oleh kation divalen dan trivalen termasuk antasida. Oleh karena itu, fluoroquinolone harus dikonsumsi 2 jam sebelum atau 4 jam setelah produk yang mengandung kation tersebut.9
Sebagian besar obat dieliminasi melalui mekanisme renal, baik itu sekresi tubular ataupun filtrasi glomerular. Penyesuaian dosis diperlukan untuk pasien dengan creatinine clearance <50mL/min, bergantung pada derajat kerusakan ginjal.7
Obat ini dapat ditoleransi dengan baik. Efek yang timbul berupa mual, muntah, dan diare. Flouroquinolone dapat merusak kartilago yang sedang tumbuh dan menyebabkan arthropathy, sehingga tidak direkomendasikan untuk usia <18 tahun. Fluoroquinolone harus dihindari saat kehamilan karena belum ada data yang spesifik tentang keamanan obat tersebut.
Dosis obat yang direkomendasikan oleh CDC adalah ofloxacin 300 mg dua kali per hari selama 7 hari atau levofloxacin (Levaquin) 500 mg sekali sehari.3
Levofloxacin dan ofoxacin adalah pengobatan yang efektif sebagai terapi alternatif tetapi harganya lebih mahal dan tidak memberikan  keuntungan apa-apa dalam regimen dosisnya.
Terapi pada Kehamilan
Doxycycline dan ofloxacin merupakan kontraindikasi selama masa kehamilan. Oleh karena itu, CDC merekomendasikan eythromycin base atau amoxicillin untuk terapi infeksi Chlamydia pada wanita hamil.3
Amoxicillin lebih efektif dan memiliki efek samping yang lebih sedikit daripada erythromycin untuk terapi infeksi chlamydia saat masa antenatal, dan lebih dapat ditoleransi. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa azithromycin aman dan efektif sebagai terapi altenatif.
Tes untuk mengetahui tingkat kesembuhan diindikasikan pada pasien dengan kehamilan dan harus dilakukan 3 minggu setelah menyelesaikan terapi. Teknik yang dipilih adalah kultur.
Tabel 1. Pilihan terapi C. trachomatis pada ibu hamil
Rekomendasi
Erythromycin base
500 mg per oral 4 kali per hari selama 7 hari
Amoxicillin
500 mg per oral 3 kali per hari selama 7 hari
Alternatif
Erythromycin base
250 mg per oral 4 kali sehari selama 14 hari
Erythromycin ethylsuccinate
800 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari
Erythromycin ethylsucinate
400 mg per oral 4 kali sehari selama 14 hari
Azithromycin
1 gram per oral dosis tunggal




RINGKASAN
Chlamydia merupakan bakteri gram negatif dan bersifat obligat intraselular, hanya dapat berkembang biak  di dalam sel eukariot hidup.  Siklus hidup C.trachomatis terdiri dari dua tahap perkembangan, yaitu badan elementer (BE) dan badan retikular (BR).
C. trachomatis dapat menyebabkan uretritis pada pria sedangkan pada wanita dapat menyebabkan servitis. Gejala uretritis akibat C.trachomatis disebut juga sebagai uretritis nonspesifik atau uretritis nongonokokus. Uretritis kadang bersifat asimtomatis tetapi bila ada gejala uretritis dapat berupa pengeluaran material mukopurulen atau purulen dari uretra pria, disuria, atau pruritis uretra.
Pengobatan uretritis harus dilakukan sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan. Azithromycin dan Doxycycline yang tergolong Protein synthesis blocker  sangat sensitif untuk uretritis yang disebabkan oleh Chlamydia. Sedangkan untuk wanita hamil, CDC merekomendasikan eythromycin base atau amoxicillin untuk terapi infeksi Chlamydia pada wanita hamil. Pada pasien dengan gagal ginjal atau beresiko kerusakan ginjal, doxycycline menjadi obat pilihan untuk terapi uretritis.
Secara ringkas, penggunaan antibiotik untuk uretritis adalah sebagai berikut :
1.      Azithromycin atau doxycycline direkomendasikan untuk terapi uretritis tanpa komplikasi yang disebabkan oleh Chlamydia
2.      Amoxicillin direkomendasikan untuk terapi infeksi Chlamydia pada ibu hamil
3.      Pasien hamil harus dilakukan cure test 3 minggu setelah terapi infeksi Chlamydia
4.      Wanita dengan infeksi Chlamydia harus dilakukan skrining ulang infeksi 3-4 bulan setelah menyelesaikan terapi antibiotik
5.      Semua wanita yang berusia 25 tahun atau lebih muda atau beresiko tinggi terinfeksi penyakit menular seksual harus dilakukan skrining terhadap infeksi Chlamydia tiap tahun.
6.      Doxycyxline dapat dipakai sebagai terapi pilihan untuk pasien dengan gangguan ginjal.